Book Review : School For Good and Evil
- Qarissya
- Jul 25, 2018
- 4 min read

Haiii semuaaa
yup! kali ini aku mau review sebuah buku yang dari covernya aja udah keliatan banget kerennya, ini salah satu buku favorite ku sebenarnya... aku udh baca ini lama banget 2014 an deh kayaknya, dan baru nge review sekarang. Bayangin dehh wkwkwkw telat bet yak :v Konsep buku ini tu anti-mainstream banget menurut ku, dan bener" bikin emosi kadang.. Btw, ini rada spoiler dikit yaa, maafkan :(
Judul: The School for Good and Evil
Penulis : Soman Chainani
Penerjemah : Kartika Sofyan
Penerbit : Bhuana Sastra (PT BIP)
Terbitan : Desember 2014
Jumlah halaman : 580 halaman
ISBN 10 : 602-249-756-6 / ISBN 13 : 978-602-249-756-1
SINOPSIS :
Tahun ini, Sophie dan Agatha digadang-gadangkan menjadi murid Sekolah kebaikan dan Kejahatan yang legendaris, tempat anak-anak laki-laki dan perempuan dididik menjadi pahlawan dan penjahat dalam dongeng. Dengan gaun pink, sepatu kaca, dan ketaatannya pada kebajikan, Sophie sangat yakin akan menjadi lulusan terbaik Sekolah Kebaikan sebagai putri dalam dongeng. Sementara itu, Agatha, dengan rok terusan warna hitam yang tak berlekuk, kucing peliharaan yang nakal, dan kebenciannya pada hampir semua orang, tampak wajar dan alami untuk menjadi murid Sekolah Kejahatan.
Namun, ketika kedua gadis itu diculik oleh Sang Guru, terjadi sebuah kesalahan. Sophie dibuang ke sekolah kejahatan untuk mempelajari Kutukan Kematian; sementara Agatha masuk ke sekolah kebaikan bersama para pangeran tampan dan putri cantik mempelajari Etiket Putri. Bagaimana jika ternyata kesalahan ini adalah petunjuk pertama untuk mengungkap diri Sophie dan Agatha yang sesungguhnya?

SOPHIE
Cewe berambut pirang dengan kulit putih bersih dan mulus bak princess dari kahyangan. Dia tau banget gimana caranya berpura-pura baik ke semua orang nih, disini juga digambarkan dia anaknya iri-an, dendam, egois, dan mau semua keinginannya dikabulkan. Ciri khasnya adalah gaun pink.

AGATHA
Cewe berambut pendek berwarna hitam, dengan tatapan tajam dan mata yang bulat. Dia terlihat seolah" kejam, penyendiri, dan jahat. Tapi dibalik sifatnya yang cuek tersebut tersimpan sebuah kelembutan hati, pengorbanan, dan kejujuran. Ciri khasnya adalah pakaian serba hitam.

TEDROS
Pangeran ganteng yang punya segalanya. Harta, kekuatan, ketampanan, dan kejayaan. Hanya saja dia terlalu ceroboh dalam menilai sesuatu. Dia ingin hidup untuk dicintai, melindungi org yang dia cintai. Ketakutan terbesarnya adalah kisah kedua orang tuanya yang tidak ia inginkan tuk terulang kembali
Buku ini adalah buku pertama dari trilogy School for Good and Evil. Nah, buku ini tuh buku western gitu, jadi kalo mau nunggu seri ke 2 nya bisa ampe setaun gaisss.. But no worry, karna sekarang bukunya udh diterjemahin ke indo sampe seri 3
*SQUEEEEEE*
Jadi buat kalian yang baru tau buku ini di taun 2018 berbahagialah :).
Novel pertama dari Soman Chainani ini bisa dibilang spektakuler, menakjubkan, dan tentunya akan membuat kalian penasaran dengan jalan ceritanya. Walau sebagian buku fantasi menjelaskan detail cerita yang tidak terlalu jelas, sampai kalian kesulitan untuk menggambarkan bagaimana latar tempat, suasana dan lain”, tapi percayalah, kekurangan itu tidak akan kalian dapatkan ketika membaca novel ini.
Cerita bermula disebuah desa Gavaldon. Dimana terdapat mitos bahwa tiap 4 tahun, sepasang anak , satu baik dan satu lagi jahat, akan dibawa oleh Sang Guru ke negri dongeng dan akan mempunyai kisah dongengnya sendiri. Lalu buku tentang kisah heroik mereka akan secara ajaib muncul di toko buku desa gavaldon. Sophie yang selalu berdoa dirinya lah yang dipilih oleh Sang Guru tersebut sebagai si baik tak henti”nya melakukan perawatan diri,mulai dari maskeran, hingga mungkin rangkaian perawatannya bisa mengalah kan 10 step nya korean skincare gais hehe. Disamping itu, Agatha si anak penyihir yang tinggalnya di daerah perkuburan itu tidak diragukan lagi oleh masyarakat sekitar akan terpilih sebagai si jahat. Sophie selalu bersikap manis kepada Agatha agar ia dipandang baik, hal” baik yang dilakukan Sophie selalu mengandung maksud yang tersembunyi. Lain halnya dengan Agatha. Walau sifatnya terkesan cuek dan dingin tapi ia selalu melakukan segala sesuatu dengan tulus dan tidak dibuat”.
Konflik pertama terjadi. Sophie di tempatkan di sekolah kejahatan, sementara Agatha di sekolah kebaikan. Tak hanya mereka yang merasa ini sebuah kesalahan, tapi semua orang di sekolah tersebut. Sophie selalu berusaha untuk masuk ke sekolah kebaikan, sementara Agatha yang merupakan teman Sophie tersebut melakukan hal yang sebaliknya. Para putri dan pangeran juga sangat tak menyukai agatha hanya karna penampilannya. Tedros, pangeran sekaligus putra Raja Arthur juga berusaha untuk nuker Agatha dan Shopie.
Di kehidupan tentu saja ada yang menang dan ada yang kalah. Disini tidak semua siswanya bisa menjadi putri, pangeran, atau pun penyihir. Bagi yang menempati urutan terendah disekolahnya bisa saja diubah jadi awetan museum, binatang” kecil untuk membantu putri, dll.
Dan kalau kalian benar” gagal. Kalian akan diubah menjadi budak musuh. Misalkan si jahat menjadi peri air di sekolah kebaikan dan si baik menjadi hewan buas di sekolah kejahatan.
Klimaks dari cerita ini adalah saat Uji Dongeng. Tedros yang semula mengira Sophie adalah cinta sejatinya tahu bahwa ia dibohongi. Dan selama ini yang menolong Sophie dan mengorbankan nyawanya untuk menolong nya adalah Agatha. Disini perlahan-lahan Tedros mulai jatuh hati pada Agatha. Dan lama-kelamaan sifat putri Agatha mulai keluar. Mukanya perlahan-lahan menjadi cantik, dan batinnya bisa dirasakan oleh semua makhluk. Sophie sebaliknya. Sifat penyihirnya semakin terasa. Kutil-kutil mulai tumbuh dikulitnya, rambutnya yang perlahan botak, dan hal-hal lain yang benar” membuat perubahan dalam dirinya menjadi penyihir terjadi.
Perang antara kebaikan dan kejahatan pun tak dapat dihindarkan. Takdir yang semula diragukan mulai berubah menjadi keyakinan. Satu per satu takdir mulai terjadi, takdir yang seolah-olah diciptakan oleh Sang Guru dan ditulis oleh Storia-pena yang menulis kisah mereka. Sampai akhirnya terbongkar lah misteri Sang Guru tersebut diakhir cerita.
Apakah penempatan awal mereka adalah sebuah kesalahan ? atau kah itu memang takdir yang tak terelakkan ?
Novel ini benar” bagus menurutku, jalan ceritanya yang bikin dag dig dug dan membuat pembaca menggebu-gebu ingin menyelesaikannya. Kalau boleh jujur, aku jauh lebih suka novel ini dibandingkan karya Jk.Rowling yaitu Harry Potter. Soman Chainani berhasil membuat cerita dengan konflik dan plot twist yang mengangumkan. Dia berhasil membuat ku benci pada Tedros diawal cerita dan tiba-tiba mencintainya di akhir cerita, dia berhasil membuat aku kasihan sekaligus muak pada Agatha karna terlalu bodoh dan tidak sadar dimanfaatkan oleh Sophie, dan dia berhasil membuat ku membenci Sophie dengan imajinasi gilanya.
Tapi dibalik itu semua, aku yakin Soman hanya ingin kita berpikir dari berbagai sudut pandang. Tidak semua yang jahat faktanya jahat. Tidak semua hal yang baik menurut kita baik pula bagi orang lain. Intinya kita tidak bisa menilai sesuatu hanya dari satu sudut pandang, kita harus bisa melihat semua sudut pandang baru bisa menilai dengan akurat.
So gaisss, aku recommend banget kalian baca novel ini, kalian bakal kaget sekaligus takjub dengan jalan ceritanya dan bagaimana penilaian kalian akan berubah diakhir cerita. So far aku kasih nilai 10 which is PERFECT!!!
Comments